Thursday, February 9, 2012

Review: Korn - The Path of Totality [2011]


KORN
The Path of Totality
[Roadrunner, 2011]
Ketika raja nu metal (berusaha) 'merajai' lantai dansa.


Korn, salah satu pelopor nu metal di dekade 90'an, dikenal dengan musik metal dengan seteman gitar down-tuned, dan terpengaruh oleh hip hop. Di tahun 2011, Jonathan Davis dkk, menelurkan The Path of Totality, sebuah album yang sangat terpengaruh (bahkan didominasi) oleh musik dubstep. Ya, Anda tidak salah baca, dubstep.
Terdengar aneh? memang. Dan, mendengarkan The Path of Totality membutuhkan keterbukaan pikiran terhadap musik yang sejati-nya bukan gaya bermusik asli dari band asal Bakersville, California ini.
Menggandeng musisi-musisi dubstep macam Skrillex, Kill the Noise, Datsik dan 12th Planet sebagai produser, Korn mempersembahkan musik yang terdengar seperti Korn yang di-remix oleh sekumpulan DJ. Track-track seperti "Chaos Lives in Everything", "Narcissistic Cannibal" dan "Get Up!" masih terdengar seperti Korn, hanya raungan gitar khas dari James "Munky" Shaffer, dan dentuman bass dari Reginald "Fieldy" Arvizu, tertelan oleh fondasi dubstep yang robotik.
Bagi fans garis keras Korn mungkin akan kecewa dengan The Path of Totality, tapi, album ini menampilkan sisi Korn yang eksploratif dan berani. Sebuah usaha yang (cukup) berhasil untuk 'merajai' lantai dansa.



7,4

Review: Megadeth - TH1RT3EN [2011]


MEGADETH
TH1RT3EN
(2011, Roadrunner)
Pembuktian MegaDave dan kawan-kawan di album ke-13.


Meneruskan apa yang telah dicapai pada Endgame [2009], Dave Mustaine mengajarkan pada kawannya bagaimana menciptakan lagu-lagu heavy metal yang keren di album ini. Jelas, ke 13 track di album ke-13 salah satu punggawa The Big 4 ini, yang diberi judul TH1RT3EN, memiliki cara tersendiri untuk merebut hati penggemar. meskipun 4 dari 13 track di album ini adalah track-track yang pernah dirilis sebelumnya (dalam bentuk yang berbeda), terasa sekali kemampuan MegaDave untuk menciptakan lagu yang anthemic, namun tetap agresif. Hal ini terasa pada singel "Public Enemy No. 1", anthem "Whose Life (Is It Anyways?), maupun track cepat seperti "Never Dead", "Fast Lane", dan "Wrecker".

Kunci dari kehebatan TH1RT3EN adalah, sudah terbukti bahwa Dave Mustaine sudah paham diluar kepala bagaimana metal modern seharusnya terdengar. Dan, apa saja yang harus dilakukan untuk tetap membuat Megadeth relevan di era modern. Dan, kembalinya bassist asli, David Ellefson, mebuat Megadeth terdengar ketat dan lebih vital di album ini.

8,5

Sunday, April 3, 2011

Review: Misery Index - Heirs to Thievery [2010]


MISERY INDEX Heirs to Thievery [Relapse, 2010]

Mengekspresikan ketidaksetujuan selalu memiliki peranan besar dalam musik metal, sentimen lirik yang memperkuat keagresifan musik itu sendiri. Ada beberapa band yang mampu meng-edukasi pikiran pendengar dan sekaligus menciptakan mosh-pit paling gila sebisa mungkin. Salah satunya adalah band asal Baltimore, Maryland, Misery Index, yang namanya diambil dari istilah ekonomi yang dicetuskan oleh Arthur Okun, telah memuntahkan beberapa musik protes yang paling nyaring di jagat metal dalam dekade terakhir. Musik dan kewaspadaan politik bahu membahu dalam setiap rilisan mereka. Musik hibrida grindcore dan death metal menggelegar dibarengi dengan lirik fokus yang dimuntahkan oleh basis/vokalis Jason Netherton.

Band ini menunjukan perkembangan yang baik dalam setiap rilisan, terutama dalam kurun 4 tahun terakhir, yaitu, Discordia [2006] dan Traitors [2008]. Tren positif ini sepertinya berlanjut pada rilisan ke-empat band ini. Heirs to Thievery merupakan album yang paling konsisten yang pernah mereka buat sampai sekarang. Dimana musik deathgrind tetap membangun pondasi, sementara keterbukaan pada musik hardcore punk klasik mencegah lagu-lagu ini sulit dimengerti.

Band ini terdengar ketat seperti biasa, dipimpin oleh duo gitar Mark Kloeppel dan Sparky Voyles diiringi dengan pukulan drum canggih dari Adam Jarvis. Blastbeat gila dan lead fill yang skillful menambah kekuatan lagu-lagu menghantam macam "Fed to the Wolves", "The Illuminaught", dan "Sleeping Giants".

Nah, luangkan waktu Anda untuk mendengar album ini, niscaya leher anda akan sakit karena headbang yang tiada habisnya.

Tracklist:


  1. "Embracing Extinction"
  2. "Fed to the Wolves"
  3. "The Carrion Call"
  4. "Heirs to Thievery"
  5. "The Spectator"
  6. "The Illuminaught"
  7. "The Seventh Cavalry"
  8. "Plague of Objects"
  9. "You Lose"
  10. "Sleeping Giants"
  11. "Day of the Dead"
My Rating: 7,5

Saturday, March 26, 2011

Review: Within Temptation - The Unforgiving [2011]



-WITHIN TEMPTATION The Unforgiving  [Roadrunner, 2011]

Well, sebagian orang memanfaatkan band bervokalis wanita sebagai 'guilty-pleasures', tak terkecuali saya. Saya sangat menyukai Within Temptation dari awal, dan saya tidak malu untuk mengungkapkan kekaguman pada band asal Belanda ini.

Mereka kembali meramaikan dunia musik rock/metal dengan rilisnya The Unforgiving yang secara style tidak banyak berubah dari The Heart of Everything, namun, pendekatannya lebih mengacu pada musik rock '80an, penggunaan solo gitar dari Ruud Jolie mulai sering dipakai dan tidak semua lagu menggunakan orkestrasi yang mendominasi. Single pertama, "Faster", cukup mengejutkan, menunjukkan kemampuan Sharon den Adel sebagai vokalis yang mumpuni. Lagu-lagu melodis yang setara dengan metal yang dibuktikan di "Shot in the Dark" dan "Where Is the Edge". "In the Middle of the Night" mungkin track yang paling up-beat dalam katalog Within Temptation. Sentuhan disco pada "Sinéad", menambah rasa baru pada musik mereka. Dan apa yang selalu saya sukai dari Within Temptation adalah lagu ballad, ini terpenuhi dengan "Lost" yang penuh perasaan.

Ya, ini rekaman rock yang komersil, sangat jauh berbeda dari tahun-tahun awal band ini, tapi, siapa peduli? Within Temptation berhasil membuat album yang solid, penuh dengan lagu-lagu yang mudah diingat, dan cukup baik untuk teman refreshing Anda dari hiruk-pikuk metal yang didominasi kaum Adam. Bila ada satu kritik untuk album ini yang bisa ditolerir adalah: kover albumnya yang seperti kover game PS One, saya mengharapkan kover yang lebih baik dari ini. Tapi, itu tidak masalah, karena yang terpenting adalah musiknya yang jauh melebihi ekspektasi.


Tracklist:

  1. "Why Not Me"
  2. "Shot in the Dark"
  3. "In the Middle of the Night"
  4. "Faster"
  5. "Fire and Ice"
  6. "Iron"
  7. "Where Is the Edge"
  8. "Sinéad"
  9. "Lost"
  10. "Murder"
  11. "A Demon's Fate"
  12. "Stairway to the Skies"

My Rating: 8,5

Thursday, March 24, 2011

Review: Dropkick Murphys - Going Out in Style [2011]



-DROPKICK MURPHYS Going Out in Style [Born & Bred Records, 2011]

Well, Dropkick Murphys adalah sebuah band lama, mereka telah merilis album sejak akhir '90an. Namun, musik yang mereka bawakan bisa dibilang sangat unik. Dropkick Murphys memadukan punk rock dengan... ehem... musik celtic. Ya, musik celtic dengan bagpipe-nya yang khas. Cukup aneh memang, tetapi ini unik, sobat.

"Going Out in Style" merupakan contoh yang baik, yang terasa seperti kita berada atas bukit Irlandia dimana para musisi punk dan tradisional mengadakan konser punk disana. Oya, album ini juga diisi oleh sebuah lagu tradisional Irlandia, yaitu "The Irish Rover" yang dirombak sedemikian rupa hingga bisa dibawakan dengan gaya ala Dropkick Murphys.

Meskipun aransemen setiap lagu bisa dibilang mirip satu sama lain, dan tidak banyak berubah dari album-album sebelumnya, ini bukan hal yang buruk, aransemen celtic dan punk telah membawa mereka jauh dari rimba punk rock yang lazim. 

Going Out in Style adalah sebuah album yang baik untuk menambah referensi musik Anda semua, yang tentunya tidak mengecewakan. Akan sangat menyenangkan bila Anda mendengarkan ini lewat headphone atau putar keras-keras di mobil. It's a very-very-very fun record!!!


Tracklist:


  1. "Hang 'Em High"
  2. "Going Out in Style"
  3. "The Hardest Mile"
  4. "Cruel"
  5. "Memorial Day"
  6. "Climbing a Chair to Bed"
  7. "Broken Hymns"
  8. "Deeds Not Words"
  9. "Take 'Em Down"
  10. "Sunday Hardcore Matinee"
  11. "1953"
  12. "Peg o' My Heart"
  13. "The Irish Rover"

My Rating: 8

Sunday, February 27, 2011

Review: Sick of it All - Based on a True Story [2010]

 
-SICK OF IT ALL Based on a True Story [Century Media, 2010]

Well, Sick of it All is back, brothers...!

Para veteran New York Hardcore ini kembali dengan album baru 4 tahun setelah usaha terakhir mereka, Death to Tyrants yang menakjubkan.

Ketukan ride cymbal pada intro "Death or Jail" disusul dengan raungan gitar Pete Koller yang berdistorsi tebal, pukulan drum Armand Majidi bernafaskan metal modern, dan teriakan khas Lou Koller, menimbulkan kesan bahwa Sick of it All tetap bermain hardcore punk seperti biasa, namun lebih heavy dari sebelumnya.

"Death or Jail" bisa membuat panas moshpit, dan membuat penonton mengepalkan tangan, dan berteriak. "A Month of Sundays" yang mempertahankan sisi fun dari Sick of it All. "Bent Outta Shape" cukup mencengangkan, bahwa sekumpulan bapak-bapak ini masih bisa bermain hardcore yang cepat, dibuktikan dengan pukulan drum yang menyerempet blast-beat di bagian akhir lagu. "Dirty Money" bisa jadi merupakan track yang paling 'hardcore punk' dibandingkan lagu lainnya, dimana gang vocal menghiasi sekujur lagu. Dari sekian kelebihan, album ini pun tidak lolos dari kelemahan, salah satunya adalah lagu-lagu yang cenderung monoton. Untungnya, hal ini tidak sampai membuat seluruh album membosankan.

Overall, Sick of it All telah berhasil membuat album yang true-to-the-roots, ini patut dihargai. Based on a True Story mungkin tidak bisa mengalahkan Blood, Sweat and No Tears, tetapi album ini patut untuk mendapatkan tempat di hati Anda.

Tracklist:


  1. "Death or Jail"
  2. "The Divide"
  3. "Dominated"
  4. "A Month of Sundays"
  5. "Braveheart"
  6. "Bent Outta Shape"
  7. "Lowest Common Denominator"
  8. "Good Cop"
  9. "Lifeline"
  10. "Watch It Burn"
  11. "Waiting for the Day"
  12. "Long As She's Standing"
  13. "Nobody Rules"
  14. "Dirty Money"

My Rating: 7,5

Wednesday, February 23, 2011

Review: Todtgelichter - Angst [2010]


-TODTGELICHTER Angst  [Code666/Aural Music, 2010]

Todtgelichter adalah nama yang asing, namun terdengar menjanjikan.

Saat melihat cover dari Angst dan beberapa foto band asal Jerman ini, sudah jelas bahwa band ini bukanlah band black metal tipikal yang mengusung corpse-paint, namun lebih condong ke sisi intelektual dan progresif dalam genre black metal. Angst sepertinya memenuhi 'janji-janji' tersebut dengan musik yang luas, eksperimental dan berpikir ke depan.

Track pembuka "Café of Lost Dreams" adalah perseden yang sempurna, dengan riff pembuka yang terbata-bata dan sentuhan vokal wanita. Bagaimanapun, para pecinta black metal murni akan senang dengan ledakan blast beat yang hadir dalam beberapa bagian, seolah menunjukkan bahwa band ini masih bisa 'menyeringai', namun tetap terdengar progresif. Todtgelichter membuat semuanya seimbang antara petualangan progresif, seramnya black metal, teriakan yang dipenuhi rasa khawatir, dan introspeksi.

Tentu saja, lagu-lagu panjang tidak diperuntukkan pada yang tidak sabar, namun, hal itu terbayar dengan petualangan sonik yang tidak ada duanya. Track sembilan menit, "Oblivion", adalah contoh lain yang sempurna, dengan build-up yang pelan, dan berpuncak pada ledakan melodis ala Ulver di album Bergtatt. Track paling rileks di Angst, "Neon", bergulir dengan gaya yang lebih 'bersahabat', dengan vokal wanita yang serius dan sedih.

"Allmählich" menutup album seolah-olah dengan perasaan tidak senang, seperti mengucap selamat tinggal pada produksi yang tajam, penulisan lagu atraktif, vokal yang emosional, dan kehadiran sound (bukan)-black metal yang diciptakan oleh Todtgelichter.

Album ini ditujukan untuk penikmat black metal yang out of the box seperti Enslaved, Nachtmystium, Alcest, dan Agalloch. Nikmati album ini, dan rasakan petualangan sonik yang niscaya membuat Anda ketagihan.

Tracklist:

  1. "Café of Lost Dreams"
  2. "Bestie"
  3. "Oblivion"
  4. "Phobos & Deimos"
  5. "Neon"
  6. "Subway"
  7. "Moloch"
  8. "Allmählich"
My Rating: 9

Thursday, February 17, 2011

Review: Iron Maiden - The Final Frontier [2010]


-IRON MAIDEN The Final Frontier  [EMI, 2010]

Oke, selamat datang di Indonesia, Iron Maiden. Semoga anda semua bersenang-senang selama disini.

Karena saya begitu bersemangat, maka saya bermaksud untuk me-review album terbaru Iron Maiden, The Final Frontier.

The Final Frontier meneruskan usaha Iron Maiden di sisi progresif. Lagu-lagu panjang yang dimulai dengan build-up yang pelan, perlahan-lahan menjadi lebih keras sangat mendominasi album yang berdurasi 76 menit ini.

Saat pertama mendengar, memang agak sulit dicerna, namun perlahan tapi pasti lagu-lagu di album ini mulai merasuki pikiran. Track pemenang penghargaan Grammy untuk Best Metal Performance, "El Dorado" adalah salah satu lagu terbaik di album ini. "Starblind", "Coming Home", dan "When the Wild Wind Blows" menunjukkan sisi kedewasaan dalam penulisan lagu.

The Final Frontier membawa Iron Maiden mendekat ke warisan estetis dan kejayaan album pertama semenjak terlahir kembali pada tahun 2000, Brave New World.

The Final Frontier membutuhkan waktu, dan usaha untuk dipahami, Iron Maiden tidak memberikan pilihan yang mudah, namun, album ini sangat brilian. Well done, Iron Maiden!!!

Tracklist:

  1. "Sattelite 15... The Final Frontier"
  2. "El Dorado"
  3. "Mother of Mercy"
  4. "Coming Home"
  5. "The Alchemist"
  6. "Isle of Avalon"
  7. "Starblind"
  8. "The Talisman"
  9. "The Man Who Would Be King"
  10. "When the Wild Wind Blows"

My Rating: 8,6

Monday, February 7, 2011

Review: Orphaned Land - The Never Ending Way of ORwarriOR [2010]


-ORPHANED LAND The Never Ending Way of ORwarriOR  [Century Media, 2010]

Setelah 6 tahun, akhirnya Orphaned Land kembali meramaikan scene metal dunia dengan rilisnya The Never Ending Way of ORwarriOR. Seperti album sebelumnya, Mabool, album ini adalah sebuah album konsep.

ORwarriOR bercerita tentang perjalanan spiritual seseorang untuk menjadi 'Pejuang Sang Surya', oh ya, 'Or' berarti 'cahaya' dalam bahasa Yahudi. Seperti yang dikatakan judulnya, 'ORwarriOR'.

Seperti album sebelumnya, Orphaned Land masih setia memadukan musik folk Timur Tengah dengan kerumitan metal progresif. Yap, seperti versi Timur Tengah dari Opeth.

Jangan terkecoh dengan track pembuka "Sapari", yang bernuansa klasik, tentu track-track lainnya di album ini tidak 'semudah' itu. Dari track yang ekstrim ("Codeword: Uprising"), hingga balada ("New Jerusalem"). Secara keseluruhan, ORwarriOR lebih heavy dari Mabool, ini ditunjang dengan produksi yang baik, sehingga semua instrumen bisa terdengar dengan baik.

Ya, Orphaned Land adalah satu dari sedikit band yang membawa secercah harapan di rimba musik dunia yang mulai monoton. Konsep yang segar dan eksekusi yang tepat membuat album ini lebih dari layak untuk dicari.

Tracklist:
  1. "Sapari"
  2. "From Broken Vessels"
  3. "Bereft in the Abyss"
  4. "The Path Part 1 - Treading Through Darkness"
  5. "The Path Part 2 - The Pilgrimage to or Shalem"
  6. "Olat Ha'tamid"
  7. "The Warrior"
  8. "His Leaf Shall Not Wither"
  9. "Disciples of the Sacred Oath II"
  10. "New Jerusalem"
  11. "Vayehi Or"
  12. "M I ?"
  13. "Barakah"
  14. "Codeword: Uprising"
  15. "In Thy Never Ending Way (Epilogue)"
NP: Album ini dibagi menjadi 3 bagian
  • Part I: Godfrey's Cordial - An ORphan's Life (Track 1-6)
  • Part II: Lips Acquire Stains - The WarriOR Awakens (Track 7-12)
  • Part III: Barakah - Enlightening the Cimmerian (Track 13-15)
My Rating: 9,6 

Friday, February 4, 2011

Review: Alcest - Écailles De Lune [2010]



-ALCEST Écailles De Lune  [Prophecy, 2010]

Alcest membawa sesuatu yang baru dengan rilisnya Souvenirs d'un Autre Monde yang mengkombinasikan black metal dengan elemen shoegaze yang mengawang-awang, yang menciptakan nuansa pada negeri peri, dimana padang rumput terlihat hijau dan tentram. Ini membuktikan bahwa seorang metalhead tidak melulu harus tampak menyeramkan.

Écailles De Lune menawarkan sound yang berbeda dari Souvenirs, hilangnya perasaan senang, dan petikan akustik yang tentram. Digantikan dengan sound-sound yang berasal dari dunia lain. Écailles De Lune memiliki karakter yang berbeda dengan Souvenirs, dimana pada Souvenirs unsur black metal hampir tak terasa, sementara Écailles mengandung sejumlah kecil ciri-ciri black metal yang kelam, seperti: teriakan high-pitched.

Écailles De Lune adalah album yang dibuat oleh para 'peri'. Bila anda sudah tidak asing dengan metal yang indah, maka jangan lewatkan album ini.

Tracklist:


  1. Écailles De Lune (Part I)
  2. Écailles De Lune (Part II)
  3. Percées De Lumière
  4. Abysses
  5. Solar Song
  6. Sur L'Océan Couleur De Fer

My Rating: 8,5